Peluang dan tantangan ternak Kambing
Kita mendengar bahwa kran impor untuk kebutuhan daging kini terbuka lebar. Impor ini sengaja dibuka untuk "menekan harga" daging yang melambung tinggi. Pertanyaannya, mengapa harus impor? Tingginya permintaan daging dipasaran dan kelangkaan ketersediaan dalam negeri menjadi pemicunya.
Sulit bagi para peternak untuk menjual dengan harga murah sementara produktivitas ternak masih rendah. Namun, apakah benar demikian? Padahal, sumber daya makanan untuk ternak di Indonesia sangat melimpah dan lahan-lahan pun tersedia luas. Apa yang menjadi PR bagi kita semua?
Mari kita bedah satu persatu.
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah bisa menjadi pemicu. Sosialisasi tentang pentingnya ketahanan pangan untuk kekuatan nasional melalui berbagai seminar umum, sekolah, atau kampus.
Kedua, masuknya teknologi yang menggeser minat generasi muda untuk beternak. Pemuda kurang berminat karena menganggap ternak adalah pekerjaan yang kotor.
Ketiga, regulasi yang mungkin agak sulit dipersulit oleh pemerintah untuk memiliki ternak dalam skala industri. Pajak yang terlalu tinggi bisa menjadikan peternak enggan untuk membesarkan ternaknya. Ini adalah masalah yang harus dipecahkan. Dari beberapa masalah di atas, kita bisa menemukan bahwa jumlah peternak di negeri ini masih sangat sedikit, sementara kebutuhan akan ternak masih banyak yang belum terpenuhi. Inilah tantangan besar bagi kita semua untuk menjadi peternak yang unggul.
Adanya kartel dan mafia yang memanfaatkan kelemahan pemerintah juga menjadi salah satu faktor.
Dengan mengetahui hal tersebut, artinya peluang usaha peternakan sangat terbuka lebar. Masih ingat dengan tulisan tentang investasi ternak? Jika belum, silakan dibaca dan direnungkan kembali.
Kebutuhan akan bahan makanan akan terus ada selama manusia berkembang, dan akan selalu terserap oleh pasar. Ambil posisi mulai dari sekarang. Mulailah beternak kambing dengan cara modern.